Wednesday, December 7, 2011

Iwan Fals CS, Lebih Baik Mati di Atas Perjuangan

Ekseklusif Setiawan Djody
image JAKARTA, suaramerdeka.com - Selama satu jam, Senin (5/12) malam kemarin, Setiawan Djody mengundang secara khusus Suara Merdeka untuk sekadar berbincang-bincang di ruang kerja pribadinya, di rumahnya yang gagah di Jalan Kemanggisan Raya No 3, Jakarta.
Ditemani Binarno, salah satu kawan kecil dan sobat dekat Djody, yang telah lama bekerja di Suara Merdeka Perwakilan Jakarta, Ir. Budi Santoso, Komisaris Utama Harian Umum Suara Merdeka, sepenceritaan Djody, mereka bertiga adalah sekawan yang baik, "Dia (Ir. Budi Santoto) kawan saya SMP," katanya seusai menggelar latihan di studionya bersama Sawung Jabo, dan Iwan Fals.
Setelah mengurai sebentar masa kecil bersama ayahanda Kukrit Suryo Wicaksono, Pemimpim Umum Harian Suara Merdeka, motor grup musik Kantata Takwa, Kantata Takwa Samsara, dan kini malihnama menjadi Kantata Barock itu, mulai bercerita tentang obsesinya terkini bersama Kantata Barock. Yang dalam waktu dekat ini akan menggelar konser akbar Kantata Barock "Iwan Fals - Setiawan Djody - Sawung Jabo," yang akan digelar di Stadion Utama Senayan - Gelora Bung Karno, Jumat (30/12) nanti.
Konser di penghujung tahun yang dipromotori Original Production dan Airo itu, juga melibatkan band Kotak, yang dalam bahasa Djody, digunakan sebagai jembatan, untuk merangkul para penikmat musik muda, sekaligus melaraskan para pencinta Kantata Takwa yang telah memasuki usia paruh baya, "Intinya supaya merangkul anak muda dari semua kalangan penikmat musik," katanya.
Apa yang istimewa dari konser nanti? Banyak, demikian janji Djody yang tampak lebih kurus seusai menjalani operasi di Singapura. Dari segi teknis, ceritanya, jika biasanya dalam setiap konser Kantata didampingi kekuatan tata suara sebesar 150 ribu watt, "Dalam konser nanti kekuatannya 300 ribu watt dengan tata suara Martin dari Inggris," katanya. Sedangkan tata cahayanya milik Mata Elang dari Indonesia, dan beberapa bagian didatangkan dari Singapura. Dengan total pendukung sebesar 50 ribu, 75 ribu, dan 200 ribu watt.
20 Tahun
Dan supaya harga tiketnya terjangkau, maka dibagi dalam lima kategori: Rp 75.000 (Festival A), Rp 50.000 (Festival B), Rp 150.000 (Tribun Bawah), Rp 100.000 (Tribun Atas), Rp 350.000 (VIP), dan Rp 550.000 (VVIP). Harga termurah dimaksudkan, "Supaya masyarakat kecil juga mendapat hiburan di akhir tahun, dari pada sekadar meniup terompet di jalanan," ujarnya. Konser nanti sekaligus sebagai penanda kembalinya Kantata tampil di GBK, setelah 20 tahun lalu tampil di tempat yang sama. Biasanya, Kantata tampil di Parkir Timur, Senayan.
Untuk menyebarkan pesan-pesan dari lirik lagu Kantata Barock, konser nanti akan direkam, dan akan disiarkan secara tunda, di salah sebuah stasiun TV swasta. Sedangkan secara isi lagu, yang menurut rencana akan menyajikan 20 tembang, dengan perincian 10 lagu hits lama, dan 10 lagu anyar, music directornya dipercayakan kepada Sawung Jabo. Djody sendiri menyebut dirinya sebagai chief atau jenderal, sedangkan Iwan Fals sebagai direktor mata ke-3, "Karena Iwan biasanya punya tinjauan-tinjauan ketiga yang orisinal," kata Djody.
Lalu di mana Yockie Soeryoprajogo? "Mungkin dia sibuk dan banyak pekerjaannya," kata Djody singkat. Intinya, telah menjadi rahasia umum, Yockie memang telah diajak untuk bergabung, tapi pada sebuah kesempatan kepada Suara Merdeka dia berkata, "Harus ada konsep yang jelas dari Kantata yang sekarang, itu yang saya minta," katanya menjelang konser tunggalnya, beberapa waktu lalu. Selain itu, imbuh Yockie, setelah kematian WS Rendra, Kantata di matanya juga dia nilai sudah ikut mati.
Tapi, tanpa Yockie -yang sudah ditawari gabung-, Djody bersama Jabo dan Fals tetap melenggang, dan sejumlah lagu baru telah disiapkan, seperti "Kucinta", "Tikus Nongkrong", juga "Megalomania". Sedangkan 10 lagu lawas, adalah sejumlah superhits milik Kantata Takwa, yang sangat dekat dan dikenal publik. Meski menghadirkan 10 lagu lawas, Djodi menjanjikan penyajiannya dalam nuansa yang sangat baru, "Kami rombak semua lagunya menjadi modern progresive heavy rock," ujarnya.
Mesin kebudayaan
Pesan besar dari konser, yang telah diagendakan akan dibawa ke Solo, Jateng, tahun depan itu, ingin mengatakan bahwa jalan perjuangan melalui politik kebudayaan, menurut Djody, jauh lebih bermartabat, dan efektik dibandingkan dengan membangun partai, misalnya. "Orang boleh mempunyai mesin politik melalui partai, tapi kita memilih mesin kebudayaan."
Meski demikian, garis politik Kantata Barock jelas; Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan Konstitusi '45. Dengan terus menyuarakan kepentingan rakyat. Tanpa harus membentuk partai, bahkan emoh cari muka kepada kekuasaan, supaya dilibatkan dalam mempertahankan kekuasaan, misalnya. "Karena saya penganut sistem demokrasi modern," ujar Djody. Oleh karena itu, dia berdiri sebagai pendukung utama independensi media, sekaligus penyederhanaan sistem kepartaian, sebagaimana di AS, yang hanya ada dua partai, Demokrat dan Republik, atau merger sejumlah partai sebagai UMNO di Malaysia.
Kembali ke soal musik, Djody, Jabo dan Iwan akan menjadi vokalis utama dibantu Dodi Katamsi, vokalis Elpamas. Sedangkan sejumlah musisi pendukungnya tentu saja melibatkan lingkaran dalam Kantata Barock, yakni Toto Tewel, Edi Darome, dan sejumlah musisi handal lainnya. Salah satu lagu andalan yang akan Djody bawakan nanti berjudul "Lagu Barong." Lagu itu dimatanya menjadi istimewa karena liriknya, sepenilaiannya sangat kuat, keras, dan tanpa tedeng aling-aling. Kemudian Djody menyanyikan petilan lagu itu: //Bisnisku berjuang melawan apa saja..../ Yang penting kucing senang, kurcaci senang//.
Konser nanti, juga konser di Solo yang telah diagendakan, adalah sebentuk perjuangan Djody di jalan politik kebudayaan. Menyadari usianya yang terus berjalan menua, dia dengan kesadaran penuh memilih jalan perjuangannya itu, "Mending mati di atas perjuangan, dari pada mati tua.." serunya. Karena, orang boleh kaya raya, namun, jika sudah kaya apakah akan menjadi presiden? "Kekayaan tidak akan menyelesaikan semua persoalan," katanya di sekeliling replika tiga kapal tanker besar, yang sepenceritaannya tempat dia menjalankan bisnis minyak dan gas. Di tengah wawancara, beberapa kali Djody melakukan sambungan telepon ke sejumlah rekan kerjanya di Perth, Astralia, hingga Bagdad di Irak.
Mengapa kekayaan tidak dapat menyelesaikan persoalan? "Lihat Moamar Ghadafi, juga Soeharto. Kurang kaya apa mereka berdua, tapi akhirnya jatuh juga," katanya. Atas kesadaran itu, dia akan berjuang sampai akhir hayatnya, untuk membangun Nasionalisme Indonesia. Dengan membuat alat-alat produksi yang moderen, dengan terus meyakini azas Sosio Sosialisme Indonesia. "Saya modern Islam, juga nasionalisme Indonesia." Meski ketika beberapa orang menudingnya sebagai seorang sekuler, dia tidak mengapa. "Saya hanya ingin jadi king makers yang baik."
Yang penting saat ini bagi Djody, "Kantata sampai di grassroot." Dan itu bisa dicapai melaui jalur kebudayaan, dan jauh lebih prakis, sebagaimana dilakukan kakeknya, Dr. Wahidin Sudiro Husodo. Dengan demikian, dengan seutuh staminanya, dia akan terus berjuang. Apalagi setah dia merasa mendapatkan mukjizat, diberi kesempatan kedua untuk berjuang, setelah menjalani operasi hati, dan sempat divonis tipis usianya oleh dokter tim ahli di Singapura.
Yang pasti lagi, dalam konser akbar nanti, Djody via lagu anyarnya yang lain, yaitu "Proyek 13", yang ditulis Iwan Fals, akan menyerukan perjuangan, betapa mereka semua menentang pembangunan reaktor nuklir di Muria, Jateng. "Sekali di Jawa yang dikenal sebagai ring of fire gempa, maka seluruh penduduk pulau Jawa, harus mengungsi," katanya menggugat.

0 comments:

Post a Comment